Minggu, 14 Juni 2015

Anna

Akhirnya menulis juga hehehe

Langsung saja ya, lama tidak nulis bikin tangan jadi kaku hehehe

Awal tulisan ini merupakan hal peribadi yang saya ingin tuangkan, semoga para pembaca dapat menikmati. (Seperti biasa ketika tulisan ini bersifat pribadi, hal ini merupakan wujud pengaguman saya terhadap sesuatu).

Jakarta, 14 Juni 2015

Sekarang saya ingin bercerita tentang seseorang yang berarti dalam perjalan saya hingga saat ini, seseorang yang saya kenal kurang lebih tiga tahun lalu.

Awal mula kita berada pada kampus yang sama, waktu itu kita masih muda hehehe. Berawal dari senyum hingga turun ke hati :) diruang itu pada saat itu, pada saat rapat ketika kita masih ber-idealis saat mahasiswa.

hmmm...
Entah mungkin hanya saya yang menyadari atau tidak (disaat rapat itu kurang lebih terdapat 70 mahasiswa). Dia memiliki senyum yang khas menurut saya, senyum yang tidak biasa karena tersemat lesung pipi yang menyertainya.

Ya, lesung pipi, tapi ini bukan lesung pipi biasa karena lesung pipinya hanya ada satu di pipi manis sebelah kirinya, fuuuh, ternyata lesung pipi ini juga yang menjadi awal ketertarikan saya :). (tersipu).

Suatu saat...

Detik berjalan...

Menyelami dirinya ternyata sangat jauh dari yang saya kira, dia memiliki ruang yang lapang, ruang yang nyaman untuk aku singgahi.

Halus, dia lembut. Ya dibanding aku yang keras ini, orang akan mudah menilai sisi baik dan sisi buruk dari kami. Tapi entahlah, aku sangat menikmati peranku sebagai antagonis ini.

Hal yang membuat aku heran adalah kemampuan seorang gadis mungil seperti dia dalam menghadapi aku, dia seperti peredam energi untuk emosi yang sering aku luapkan, dihadapannya aku takluk.

Seperti hidup, tidak ada yang sempurna. Tidak ada yang lurus. Mungkin itulah kami. Lebih tepatnya saya atau aku terhadap dia. Tapi diantara kami ada suatu perasaan magis, seoalah-olah ada tali-tali yang kuat di antara kita. Dan mungkin Tuhan Yang Maha Tahu.

Saya adalah (mungkin) orang yang beruntung (dan pasti menurut saya) yang bisa berada di samping orang seperti dia. Kadang saya berpikir mengapa harus dia, tapi secara perasaan dan matematika memang saya yang pantas (seperti yin dan yan, dia putih dan saya hitam).

Mengenal dia membuatku sangat bahagia, melewati sebagaian perjuangan bersama. hingga akhirnya kita berdua berada di tahap ini.

" waktu yang telah kita lalui membuatmu lebih berarti" Noah-Tak Lagi Sama.



Mungil biasa aku memanggilnya, seseorang yang selalu memberi senyuman tiap pagi. Dia adalah Anna.